Selasa, 13 Mei 2014

AKUNTANSI INTERNASIONAL (PENGUNGKAPAN DAN PELAPORAN KEUANGAN TAHUNAN) PT. GARUDA INDONESIA (Persero) Tbk.


AKUNTANSI INTERNASIONAL
Pengungkapan dan Pelaporan Keuangan Tahunan


Nama Kelompok:
Bella Putri Lestari (21210373)
Jennifer Merry Helena (29210996)
Miranti Adharini (24210415)
Sanya Allia Irani (26210368)
Satrio Budhi Wicaksono (28210926)


 








FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
2014


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada semua hamba-Nya dan berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul Penngungkapan dan Pelaporan Keuangan Tahunan.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Akuntansi Internasional atas ilmunya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik.
Dalam makalah ini, kami membahas beberapa hal tentang pengungkapan dan pelaporan keuangan tahunan pada Perusahaan Garuda Indonesia.
Dalam makalah ini kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dalam penulisan ini kami mengharapkan saran dan kritik pembaca yang sifatnya membangun. Serta kami berharap semoga makalah ini berguna bagi para pengajar, mahasiswa, dan pembaca pada umumnya.



                                                                                    Depok,            Mei 2014
                                                                                   


                                                                                                Penulis







DAFTAR ISI

                                                                                                                        Halaman
Halaman Judul....................................................................................... i

Kata Pengantar......................................................................................  ii

Daftar Isi.................................................................................................. iii

BAB.I             PENDAHULUAN..........................................................  1
                                    Latar Belakang................................................................... 1

BAB.II            LANDASAN TEORI......................................................  2

BAB.III          METODELOGI PENELITIAN....................................  6

BAB IV          PEMBAHASAN..............................................................  8

BAB V            KESIMPULAN............................................................... 12


Daftar Pustaka.........................................................................................





 
BAB. I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Perkembangan sistem pengungkapan sangat berkaitan dengan perkembangan sistem akuntansi. Standar dan praktik pengungkapan dipengaruhi oleh sumber-sumber keuangan, sistem hukum, ikatan politik dan ekonomi, tingkat pembangunan ekonomi, tingkat pendidikan, budaya, dan pengaruh lainnya.Perbedaan nasional dalam pengungkapan umumnya didorong oleh perbedaan dalam tata kelola perusahaan dan keuangan. Di Amerika Serikat, Inggris dan negara-negara Anglo Amerika lainnya, pasar ekuitas menyediakan kebanyakan pendanaan yang dibutuhkan perusahaan sehingga menjadi sangat maju. Di pasar-pasar tersebut, kepemilikan cenderung tersebar luas di antara banyak pemegang saham dan perlindungan terhadap investor sangat ditekankan. Investor institusional memainkan peranan yang semakin penting di negara-negara ini, menuntut pengembalian keuangan dan nilai pemegang saham yang meningkat.Di kebanyakan negara-negara lain (seperti Prancis, Jepang dan beberapa negara pasar yang berkembang), Kepemilikan saham masih masih tetap sangat terkonsentrasi dan bank (dan atau pemilik keluarga) secara tradisional menjadi sumber utama pembiayaan perusahaan. Bank-bank ini, kalangan dalam dan lainnya memperoleh banyak informasi mengenai posisi keuangan dan aktivitas perusahaan.







BAB. II
LANDASAN TEORI

Pengukuran adalah proses mengidentifikasikan, mengelompokkan, dan menghitung aktivitas ekonomi atautransaksi. Pengukuran itu memberikan masukan mendalam mengenai probabilitas operasi suatu perusahaan dan kekuatan posisi keuangan. Pengungkapan adalah proses dimana pengukuran akuntansi dikomunikasikan kepada para pengguna laporan keuangandan digunakan dalam pengambilan keputusan. Bidang ini memusatkan memusatkan perhatian pada isu-isu seperti apa yang akan dilaporkan, kapan, dengan cara apa, dan kepada siapa.

Catatan atas laporan keuangan ditujukan untuk memperkuat atau memperjelas pos-pos yang disajikan dalam bagian utama laporan keuangan (laba rugi, perubahan modal, neraca, dan arus kas). Dalam kebanyakan kasus, semua data yang diperlukan pembaca, tidak dapat disajikan dalam laporan keuangan itu sendiri, oleh karenanya laporan tersebut mencakup informasi yang esensial harus disajikan dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan bisa berbentuk narasi, sebagian atau seluruhnya. Catatan atas laporan keuangan tidak hanya membantu bagi pengguna laporan yang tidak begitu mengerti informasi akuntansi yang kuantitatif tetapi juga penting untuk memahami kinerja dan posisi keuangan perusahaan.

Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh penilaian (judgment) manajer. Tingkat pengungkapan yang makin mendekati pengungkapan penuh (full disclosure) akan mengurangi asimetri informasi yang merupakan kondisi yang dibutuhkan (necessary condition) untuk dilakukannya manajemen laba (Trueman and Titman, 1998). Karenanya tingkat pengungkapan memiliki hubungan negatif dengan manajemen laba. Perusahaan dengan tingkat pengungkapan minimal cenderung melakukan manajemen laba dan sebaliknya (Lobo and Zhou, 2001) dalam Yanivi (2003).

Dalam Pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK) nomor 1 tentang penyajian laporan keuangan, paragraph 70 mengatakan:
Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang tertera dalam neraca, laporan rugi laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan serta pengungkapan-pengungkapan lain yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan secara wajar.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
1.      Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan ditetapkan terhadap peristiwa dan transaksi penting.
2.      Informasi yang disajikan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas.
3.      Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar.
Semakin lengkap informsi yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan (full disclosure) maka pembaca laporan keuangan akan semakin mengerti kinerja keuangan perusahaan.

Tingkat Pengungkapan
Dalam memutuskan informasi apa yang akan dilaporkan, praktik yang umum adalah menyediakan informasi yang mencukupi untuk mempengaruhi penilaian dan keputusan pemakai. Prinsip ini yang sering disebut dengan pengungkapan penuh (full disclosure), mengakui bahwa sifat dan jumlah informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan mencerminkan serangkaian trade off penilaian. Trade off ini terjadi antara (1) kebutuhan untuk mengungkapkan secara cukup terinci hal-hal yang akan mempengaruhi keputusan pemakai, dengan (2) kebutuhan untuk memadatkan penyajian agar informasi dapat dipahami. Disamping itu, penyusunan laporan keuangan juga harus memperhitungkan biaya pembuatan dan penggunaan laporan keuangan (Kieso dan Weygandt, 2002).
Dalam keadaan informasi asimetri yang tinggi, maka pemakai laporan keuangan tidak mempunyai informasi yang cukup untuk mengetahui apakah laporan keuangan, khususnya laba telah dimanipulasi. Teori market microstructure mengatakan bahwa salah satu masalah adverse selection yang dihadapi pengambil keputusan adalah adanya kemungkinan informasi firm-specific yang material tidak diungkapkan ke publik (Yanivi, 2003). Regulator pasar modal dapat mengurangi asimetri informasi ini dengan membuat ketentuan minimal atas pengungkapan yang perlu dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar di bursa saham. Salah satu regulasi tersebut adalah keputusan ketua Badan Pengawas Pasar Modal nomor Kep-06/PM/2000 tentang pedoman penyajian laporan keuangan. Greenstein dan Sami (1994) dalam Yanivi (2003) meneliti dan menemukan bahwa kewajiban dari Securitas Exchange Commite (SEC) mengenai disclosure segmentasi perusahaan publik di pasar saham Amerika Serikat telah menurunkan informasi asimetri yang ditunjukkan dengan mengecilnya bid-ask spreadsaham perusahaan.
Tingkat pengungkapan dalam laporan keuangan akan membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami isi dan angka yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Terdapat tiga tingkatan pengungkapan yaitu pengungkapan penuh, pengungkapan wajar, dan pengungkapan cukup. Pengungkapan penuh mengacu pada seluruh informasi yang diberikan oleh perusahaan, baik informasi keuangan maupun informasi non keuangan. Pengungkapan penuh tidak hanya meliputi laporan keuangan tetapi juga mencakup informasi yang diberikan padamanagement lettercompany prospect dan sebagainya. Pengungkapan cukup adalah pengungkapan yang diwajibkan oleh standar akuntansi yang berlaku. Sementara pengungkapan wajar adalah pengungkapan cukup ditambah dengan informasi lain yang dapat berpengaruh pada kewajaran laporan keuangan seperti contingencies, commitments dan sebagainya.
Imhoff dan Thomas (1994) dalam Yanivi (2003) membuktikan bahwa kualitas rating dari analisis berhubungan positif dengan konservatisme dalam estimasi dan pemilihan metode akuntansi, dan dengan jumlah pengungkapan rinci atas angka-angka yang dilaporkan. Implikasi dari penemuan ini adalah perusahaan yang lebih konservatif dalam membuat estimasi dan memilih metode akuntansi (atau perusahaan dengan tingkat manajemen laba/perataan laba yang rendah) akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak. Jika perusahaan yang memilih pelaporan konservatif melakukan manajemen laba/perataan laba yang rendah. Maka hal ini memperlihatkan hubungan negatif antara perataan laba dengan tingkat pengungkapan.

Kualitas Pengungkapan
Kualitas Pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan dikenal dengan berbagai konsep. Antara lain kecukupan (adequacy) (Buzby, 1975), kelengkapan (comprehensiveness) (Barret, 1976), Informatif (informativeness) (Alford et al., 1993), dan tepat waktu (time lines) (Courtis, 1976; Whittred, 1980). Imhoff (1992) menunjuk pada tingkat kelengkapan sebagai karakteristik kualitas pengungkapan, sementara Singhvi dan Desai (1971) menunjuk pada kelengkapan (completeness), akurasi (Accuracy), dan keandalan (reliability) sebagai karakteristik kualitas pengungkapan. Indikator empiris kualitas ungkapan tersebut berupa indeks pengungkapan (disclosure index) yang merupakan rasio (ratio) antara jumlah elemen (item) informasi yang dipenuhi dengan jumlah elemen yang mungkin dipenuhi. Makin tinggi angka indeks pengungkapan, maka makin tinggi kualitas pengungkapan




BAB. III
METODOLOGI PENELITIAN

Profil Perusahaan
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saatini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untukmelayani 33 rute domestic dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).Sebagai bentuk kepeduliannya akan keselamatan, Garuda Indonesia telah mendapatkan sertifikasi IATA Operational Safety Audit (IOSA). Hal ini membuktikan bahwa maskapai ini telah memenuhi standar internasional di bidang keselamatan dan keamanan.
Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut "Garuda Indonesia Experience".Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan keramahan asli Indonesia dalam segala aspek.Untuk mendukung layanan ini, semua armada baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh individual di seluruh Business Class dan Economy Class.Selain itu, penumpang juga dimanjakan dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu system hiburan yang menawarkan berbagai pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star Airline” dan sebagai “The World's Most Best Improved Airline”.Selanjutnya pada Juli 2012, Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World's Best Regional Airline” dan “Maskapai Regional Terbaik di Dunia”.  Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai "Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini", pada tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga penelitian dependen di Australia, juga memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline” pada bulan Januari, Februari, dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari kegagalan di masa krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010.Setelah melalui masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan program 5 tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan nama ‘Quantum Leap’. Program ini diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan jaringan yang lebih luas dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik. Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia.Pertama adalah hub bisnis yang berada di BandaraSoekarno-Hatta, Jakarta.Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di Bandara NgurahRai, Denpasar, Bali.Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan. Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan.Unit bisnis Garuda Indonesia adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center.Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia adalah PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarifr endah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata (hotel, transportasidarat, agen perjalanan dan katering), PT Abacus Distribution System Indonesia (penyedia layanan system pemesanan tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst (penyedia layanan teknologi informasi untuk industry pariwisawata dan transportasi) dan PT Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
BAB. IV 
PEMBAHASAN
Penilaian Corporate Governance
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk memiliki komitmen untuk selalu menerapkan standar tata kelola yang terbaik dengan selalu berusaha untuk menerapkan praktik tata kelola yang baik melalui berbagai usaha perbaikan dan peningkatan, serta tidak hanya merujuk pada minimal standar maupun rekomendasi yang harus dipenuhi. Sesuai ketentuan Peraturan Menteri BUMN Nomor: PER01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) Pada Badan Usaha Milik Negara, yang mengatur bahwa setiap BUMN wajib untuk melakukan pengukuran terhadap penerapan GCG, melalui penilaian (assessment) yang dilaksanakan setiap 2 tahun oleh penilai independen dan melalui evaluasi (review) yang dilakukan sendiri oleh BUMN (self assessment) yang meliputi evaluasi terhadap hasil penilaian yang dilakukan oleh pihak independen dan tindak lanjut atas rekomendasi perbaikan yang disampaikan dari hasil akhir penilaian. Konsisten dengan komitmen tersebut, untuk tahun 2011 Garuda Indonesia telah menunjuk pihak independen untuk melakukan kajian terhadap praktik tata kelola di Garuda Indonesia dengan menggunakan pembanding Pedoman Umum GCG Indonesia dan Company Corporate Governance (CCG) Scorecard yang merupakan kerangka acuan pelaksanaan assessment dan reassessment penerapan GCG di BUMN.
1.      Hasil Penilaian GCG Berdasarkan Company Corporate Governance Scorecard
Dari hasil kajian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penerapan GCG di Garuda Indonesia dibandingkan hasil assessment sebelumnya di tahun 2009 yang dilakukan oleh BPKP. Peningkatan signifikan ditemukan pada penerapan Keputusan Menteri Negara BUMN RI No.KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik GCG, penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indikator dalam Company Corporate Governance Scorecard yang merupakan lampiran dari Surat Menteri Negara BUMN RI No.S-168/MBU/2008, juga menunjukkan adanya peningkatan, khususnya pada aspek Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS, Kebijakan Good Corporate Governance, Penerapan Good Governance, dan Komitmen. Berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan tersebut, Garuda Indonesia mendapatkan penilaian SANGAT BAIK, dengan
nilai skor 91,87.


Tabel 1.
Hasil Penelitian Penerapan GCG Berdasarkan Company Corporate Governance Scorecard
Aspek Pengujian
2009 (% Capaian)
2011 (% Capaian)
I.  Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS
6,99
7,96
II.  Kebijakan Good Corporate Governance
6,84
7,59
III. Penerapan Good Corporate Governance


A.  Komisaris
19,42
25,42
B.  Komite Komisaris
5,29
5,03
C. Direksi
22,21
25,27
D. Satuan Pengawasan Intern – SPI
2,66
2,85
E.  Sekretaris Perusahaan
2,70
2,73
IV. Pengungkapan Informasi (Disclosure)
6,64
5,92
V.  Komitmen
8,05
9,11
Skor Keseluruhan
80,79
91,87
Peringkat Kualitas Penerapan GCG
BAIK
SANGAT BAIK

2.      Hasil Penilaian Penerapan GCG Berdasarkan Adopsi Pedoman GCG di Indonesia
Untuk menilai penerapan GCG di Perusahaan, Garuda Indonesia juga menggunakan Pedoman Umum GCG Indonesia yang ditetapkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance sebagai acuan.

Tabel 2
.
Hasil Penilaian Penerapan GCG Tahun 2011 Berdasarkan Pedoman Umum GCG Indonesia.




1.      Survei Pemeringkatan GCG
Perusahaan mengikuti riset pemeringkatan implementasi GCG yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Tema riset pemeringkatan tahun 2010 adalah GCG dalam perspektif Etika. Riset dilakukan dengan metode studi dokumentasi, kuesioner, wawancara dan observasi. 
Berdasarkan hasil riset tersebut Perusahaan mendapatkan skor 85,82 dan masuk dalam kategori Most Trusted Company. Dalam riset kali ini, Perusahaan berhasil meraih tiga penghargaan yakni Most Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010, Indonesia Trusted Companies Based on Investors and Analysis Assessment Survey dan sebagai peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010 terbaik dalam tahapan observasi.











BAB. V
KESIMPULAN

Dari hasil Penilaian GCG Berdasarkan Company Corporate Governance Scorecard dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan penerapan GCG di Garuda Indonesia dibandingkan hasil assessment sebelumnya di tahun 2009 yang dilakukan oleh BPKP. Peningkatan signifikan ditemukan pada penerapan Keputusan Menteri Negara BUMN RI No.KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan Praktik GCG, penilaian yang dilakukan dengan menggunakan indikator dalam Company Corporate Governance Scorecard yang merupakan lampiran dari Surat Menteri Negara BUMN RI No.S-168/MBU/2008, juga menunjukkan adanya peningkatan, khususnya pada aspek Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham/RUPS, Kebijakan Good Corporate Governance, Penerapan Good Governance, dan Komitmen. Berdasarkan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan tersebut, Garuda Indonesia mendapatkan penilaian SANGAT BAIK, dengan nilai skor 91,87. Kemudian dilihat dari hasil penetapan GCG tahun 2011 berdasarkan Pedoman Umum GCG di Indonesia, dilihat pada grafiknya bahwa Hak dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan menunjukan kearah yang paling baik penerapannyan diantara tujuh kategori yang ada didalam area penerapan GCG. Pada riset pemeringkatan implementasi GCG yang diselenggarakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG) hasil riset tersebut Perusahaan mendapatkan skor 85,82 dan masuk dalam kategori Most Trusted Company dan meraih tiga penghargaan yakni Most Trusted Company Based on Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010, Indonesia Trusted Companies Based on Investors and Analysis Assessment Survey dan sebagai peserta Corporate Governance Perception Index (CGPI) 2010 terbaik dalam tahapan observasi.

DAFTAR PUSTAKA
Choi,D.S. Frederick dan Gary K. Meek. 2010. International Accounting. Jakarta : Salemba Empat
http://akuntansibisnis.wordpress.com/2010/06/16/pengungkapan-laporan-keuangan/ (Diunduh pada tanggal 30 April 2014)
(Diunduh pada tanggal 30 April 2014)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar